Pemeriksaan MPN coliform adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah terdekat bakteri coli dan coliform dalam 100ml sampel. Dalam melakukan pemeriksaan MPN coliform complete test ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu :
1. Uji Penduga (Presumptive test)
Pada tahap ini, pemeriksaan dilakukan menggunakan media Lactose Broth (LB). Media ini digunakan bukan tanpa alasan melainkan dengan tujuan dan fungsi khusus yaitu untuk mendeteksi ada tidaknya bakteri coliform didalam sampel.
2. Uji Penguat (Confirmed Test)
Pada tahap kedua, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan media Brillian Green Lactose Broth (BGLB). Media ini digunakan dengan maksud untuk media penyubur bagi bakteri coliform sekaligus sebagai media selektif bagi bakteri selain bakteri coliform. Dengan komposisi media yang mengandung laktossa dan garam empedu inilah yang dapat mengizinkan dan mendorong bakteri-bakteri coliform untuk tumbuh secara optimal.
3. Uji Pelengkap (Completed Test)
Tahap ini adalah tahap dimana dilakukan pembiakan sampel ke media seperti media Mac conkey ataupun media selektif untuk bakteri jenis Gram negatif batang. Sampel dari media BGLB yang menunjukan hasil positif diinokulasikan pada media Mac Conkey untuk selanjutnya dilakukan identifikasi jenis spesies dari bakteri yang terdapat didalam sampel dengan menggunakan media uji biokimia.
Senin, 15 April 2013
Tipe kepribadian
Banyaknya manusia diciptakan di dunia ini tu dari tipe ini menuntut kita untuk saling mengerti dan memahami karakteristik dan tipe dari setiap orang tersebut. Ada beberapa tipe kepribadian yang mungkin salah satu dari tipe ini adalah tipe Anda.
1. Dominance (D)
Ciri-ciri umum: tegas, ambisi tinggi, mau menang sendiri, berani
mengambil resiko, mandiri.
Kelebihan: siap menerima tantangan/perubahan, inovatif, tempo
kerja cepat.
Kelemahan: suka melanggar aturan, sikap argumentatif,
menolak rutinitas, cenderung mengerjakan banyak hal pada saat bersamaan.
Ketakutan terbesar: dimanfaatkan orang lain.
2.
Influence (I)
Ciri-ciri umum: antusias, optimis, persuasif, aktif berbicara,
mudah percaya orang lain, impulsif, ekspresif secara emosional.
Kelebihan: kreatif dalam memecahkan masalah, bisa memotivasi
orang lain, bisa menyemangati orang lain, bisa menengahi konflik, humoris.
kelemahan: kurang perhatian pada detail, terlalu
sibuk mencari popularitas ketimbang hasil kerja nyata, bukan pendengar yang
baik.
Ketakutan terbesar: penolakan dari lingkungan sosial.
3.
Steadiness (S)
Ciri-ciri umum: pendengar yang baik, loyal pada tim, stabil,
mudah ditebak, peka akan kebutuhan orang lain, memiliki sikap hangat dan
bersahabat.
Kelebihan: dapat dipercaya dan diandalkan, taat pada aturan/
otoritas, pendengar yang baik, sabar dan berempati, bisa mendamaikan konflik.
Kelemahan: tidak suka perubahan, butuh waktu lama
beradaptasi, menyimpan dendam, sensitif pada kritik, sulit menentukan prioritas,
tempo kerja lambat.
Ketakutan terbesar: kehilangan rasa aman.
4. Compliance (C)
Ciri-ciri umum: analitis, cermat, akurat, standar kerja tinggi,
sistematis.
Kelebihan: rajin, tekun, bekerja sampai tuntas, teliti, sangat
detil.
Kelemahan: kaku, membutuhkan batasan yang jelas,
terikat pada prosedur dan metode.
Ketakutan terbesar: kritik terhadap hasil kerjanya.
Senin, 08 April 2013
Inspiring Women
Bunda Teresa, seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India.Dilahirkan di Skopje, Albania pada 26 Agustus 1910, Bunda Teresa merupakan anak bungsu dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. Ketika dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima pelayanan sakramen pertamanya ketika berusia lima setengah tahun dan diteguhkan pada bulan November 1916.
Ketika berusia delapan tahun, ayahnya meninggal dunia, dan meninggalkan keluarganya dengan kesulitan finansial. Meski demikian, ibunya memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya dengan penuh kasih sayang. Drane Bojaxhiu, ibunya, sangat memengaruhi karakter dan panggilan pelayanan Gonxha.
Ketika memasuki usia remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda jemaat lokalnya yang bernama Sodality. Melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit, Gonxha menjadi tertarik dalam hal misionari. Tampaknya hal inilah yang kemudian berperan dalam dirinya sehingga pada usia tujuh belas, ia merespons panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati misionaris Katolik.
Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di India. Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto, ia memilih nama Teresa dari Santa Theresa Lisieux.
Suster Teresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang biarawati. Setelah mengikrarkan komitmennya kepada Tuhan, ia pun mulai mengajar pada St. Mary’s High School di Kalkuta. Di sana ia mengajarkan geografi dan katekisasi. Dan pada tahun 1944, ia menjadi kepala sekolah St. Mary.
Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC sehingga tidak bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya, ia pun dikirim ke Darjeeling.
Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling, Suster Teresa mendapat panggilan yang berikut dari Tuhan; sebuah panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan belas kasih bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri, merasuk dalam hatinya. Hal ini kemudian menjadi kekuatan yang mendorong segenap hidupnya. Saat itu, 10 September 1946, disebut sebagai “Hari Penuh Inspirasi” oleh Bunda Teresa.
Selama berbulan-bulan, ia mendapatkan sebuah visi bagaimana Kristus menyatakan kepedihan kaum miskin yang ditolak, bagaimana Kristus menangisi mereka yang menolak Dia, bagaimana Ia ingin mereka mengasihi-Nya.
Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster Teresa untuk meninggalkan ordonya dan memulai pelayanannya di bawah Keuskupan Kalkuta. Dan pada 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya ia memakai pakaian putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris biru.
Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah pada 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, di samping mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka.
Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu, melainkan juga dari berbagai organisasi gereja.
Pada 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Diinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan.
Segera saja mereka menemukan begitu banyak pria, wanita, bahkan anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di jalan-jalan setelah ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak
oleh belas kasihan, Bunda Teresa dan rekan barunya itu pun menyewa sebuah ruangan untuk merawat mereka yang sekarat.
Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di Kalkuta. Mereka yang tergabung di dalamnya pun semakin teguh untuk melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani kaum termiskin di antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima pemberian materi apa pun sebagai balasan atas pelayanan yang mereka lakukan.
Pada awal 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu, pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di Venezuela (1965), yang kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania Roma, dan Australia yang ditujukan untuk merawat kaum miskin.
Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini sendiri di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri.
Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS.
Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas, Bunda Teresa pun mendapatkan berbagai penghargaan kemanusiaan. Pada tahun 1979, ia menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston.
Setelah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di India, tentu saja pemerintah India tidak menutup mata akan pelayanannya. Maka pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize.
Setahun kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk menerima penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri dari sepuluh kelompok agama di dunia.
Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Hadiah uang sebesar $6.000 yang diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta. Hadiah tersebut memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang selama setahun penuh. Ia berkata bahwa penghargaan duniawi menjadi penting hanya ketika penghargaan tersebut dapat membantunya menolong dunia yang membutuhkan.
Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama agi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.
Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India. Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia.
Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada 13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa.
Bunda Teresa akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Berbagai petinggi dari 23 negara menghadiri pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada 13 September 1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah orang-orang yang selama ini dilayani oleh Bunda Teresa.
Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di Kalkuta. Mereka yang tergabung di dalamnya pun semakin teguh untuk melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani kaum termiskin di antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima pemberian materi apa pun sebagai balasan atas pelayanan yang mereka lakukan.
Pada awal 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu, pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di Venezuela (1965), yang kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania Roma, dan Australia yang ditujukan untuk merawat kaum miskin.
Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini sendiri di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri.
Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS.
Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas, Bunda Teresa pun mendapatkan berbagai penghargaan kemanusiaan. Pada tahun 1979, ia menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston.
Setelah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di India, tentu saja pemerintah India tidak menutup mata akan pelayanannya. Maka pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize.
Setahun kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk menerima penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri dari sepuluh kelompok agama di dunia.
Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Hadiah uang sebesar $6.000 yang diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta. Hadiah tersebut memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang selama setahun penuh. Ia berkata bahwa penghargaan duniawi menjadi penting hanya ketika penghargaan tersebut dapat membantunya menolong dunia yang membutuhkan.
Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama agi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.
Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India. Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia.
Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada 13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa.
Bunda Teresa akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Berbagai petinggi dari 23 negara menghadiri pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada 13 September 1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah orang-orang yang selama ini dilayani oleh Bunda Teresa.
Referensi :
http://biokristi.sabda.org
http://cetiyamahasampatti.wordpress.com/2008/08/08/bunda-theresa/
Kamis, 04 April 2013
TANPAMU AKU BISA MATI
Hari itu sebenarnya tak tampak berbeda, semua seperti biasanya. Gina dan Rio bergandengan tangan menuju sebuah 21 tempat mereka biasa nonton. Keduanya tertawa bahagia, entah menertawakan apa saja yang mereka lihat.
Sesampainya di dalam bioskop, Gina cukup serius menonton film yang ada di depan mereka. Film percintaan, yang penuh dengan kalimat-kalimat yang membuat ia jadi berpikir keras.
Rio tampak biasa saja, dan berusaha menggenggam jemari Gina setiap kali wajah kekasihnya terlihat resah. Tapi perlahan genggaman itu dilepaskannya. Gina terdiam, mematung sepanjang film diputar.
Film telah usai, Gina meminta Rio mengantarkannya pulang. Ia membatalkan dengan tiba-tiba janji makan malam dengan kekasihnya. Ia bilang ia lebih ingin sendiri.
Rio tak tahan memendam apa yang ada di benaknya. Diambilnya haluan ke kiri dan disisikan mobil yang dikendarainya.
"Baiklah, aku hanya ingin tahu, kenapa kamu tiba-tiba diam membisu sepanjang film tadi? Dan kenapa kamu membatalkan jalan-jalan kita? Apa salahku?" tanya Rio.
"Aku... Aku..." Gina berbicara terpatah-patah. "Aku ingin kita putus. Ini adalah waktunya aku move one. Perasaanku padamu sudah tak seperti dulu lagi. Cintaku rasanya sudah tak ada untukmu, itulah yang sebenarnya terjadi. Hanya saja, aku tak tahu kapan aku siap mengatakannya. Dan kupikir... aku sudah siap saat ini..."
Apa yang diucapkan Gina itu membuat Rio terdiam. Tanpa berkata apa-apa dijalankannya mobil itu lagi menuju rumah Gina. Selang beberapa menit mobil tersebut berjalan, sebuah truk tak terkendali menabrak mereka dalam hitungan detik. Gina tak sadarkan diri.
***
"Aku di mana? Rio? Mana Rio?" tanya Gina dengan suara samar-samar.
"Kamu di rumah sakit, nak. Mobil kalian mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang. Rio... Rio tak dapat diselamatkan. Maaf ya, nak" ibu Gina memeluknya dengan erat. Gina hanya menatap nanar. Air matanya perlahan menetes dan mulai deras.
"Permisi, ini adalah barang-barang milik Rio. Sebaiknya ibu menyimpannya sampai orang tua Rio datang nanti," kata seorang suster.
Ibu Gina menyerahkan sebuah kantungan barang-barang Rio yang dikumpulkan jadi satu. Di dalamnya, terdapat secarik kertas yang menarik perhatian Gina. Diambilnya kertas itu dan dibacanya...
Tanpa cintamu, aku akan mati, sayang... Jangan pernah tinggalkan aku yah.
Happy 1st anniversary
Gina menangis lagi sejadi-jadinya. Ia sangat menyesal akan kalimat yang diucapkannya semalam. Dalam hatinya sebenarnya hanya ada keraguan, keraguan yang kerap dimiliki wanita terhadap kekasihnya.
Ia tahu, ia salah. Seharusnya ragu-ragu saja tak perlu sampai membuatnya mengambil keputusan yang akhirnya disesalinya.
BMSPS
Sesampainya di dalam bioskop, Gina cukup serius menonton film yang ada di depan mereka. Film percintaan, yang penuh dengan kalimat-kalimat yang membuat ia jadi berpikir keras.
Rio tampak biasa saja, dan berusaha menggenggam jemari Gina setiap kali wajah kekasihnya terlihat resah. Tapi perlahan genggaman itu dilepaskannya. Gina terdiam, mematung sepanjang film diputar.
Film telah usai, Gina meminta Rio mengantarkannya pulang. Ia membatalkan dengan tiba-tiba janji makan malam dengan kekasihnya. Ia bilang ia lebih ingin sendiri.
Rio tak tahan memendam apa yang ada di benaknya. Diambilnya haluan ke kiri dan disisikan mobil yang dikendarainya.
"Baiklah, aku hanya ingin tahu, kenapa kamu tiba-tiba diam membisu sepanjang film tadi? Dan kenapa kamu membatalkan jalan-jalan kita? Apa salahku?" tanya Rio.
"Aku... Aku..." Gina berbicara terpatah-patah. "Aku ingin kita putus. Ini adalah waktunya aku move one. Perasaanku padamu sudah tak seperti dulu lagi. Cintaku rasanya sudah tak ada untukmu, itulah yang sebenarnya terjadi. Hanya saja, aku tak tahu kapan aku siap mengatakannya. Dan kupikir... aku sudah siap saat ini..."
Apa yang diucapkan Gina itu membuat Rio terdiam. Tanpa berkata apa-apa dijalankannya mobil itu lagi menuju rumah Gina. Selang beberapa menit mobil tersebut berjalan, sebuah truk tak terkendali menabrak mereka dalam hitungan detik. Gina tak sadarkan diri.
***
"Aku di mana? Rio? Mana Rio?" tanya Gina dengan suara samar-samar.
"Kamu di rumah sakit, nak. Mobil kalian mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang. Rio... Rio tak dapat diselamatkan. Maaf ya, nak" ibu Gina memeluknya dengan erat. Gina hanya menatap nanar. Air matanya perlahan menetes dan mulai deras.
"Permisi, ini adalah barang-barang milik Rio. Sebaiknya ibu menyimpannya sampai orang tua Rio datang nanti," kata seorang suster.
Ibu Gina menyerahkan sebuah kantungan barang-barang Rio yang dikumpulkan jadi satu. Di dalamnya, terdapat secarik kertas yang menarik perhatian Gina. Diambilnya kertas itu dan dibacanya...
Tanpa cintamu, aku akan mati, sayang... Jangan pernah tinggalkan aku yah.
Happy 1st anniversary
Gina menangis lagi sejadi-jadinya. Ia sangat menyesal akan kalimat yang diucapkannya semalam. Dalam hatinya sebenarnya hanya ada keraguan, keraguan yang kerap dimiliki wanita terhadap kekasihnya.
Ia tahu, ia salah. Seharusnya ragu-ragu saja tak perlu sampai membuatnya mengambil keputusan yang akhirnya disesalinya.
BMSPS
Langganan:
Postingan (Atom)