KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA
DI
BIDANG MIKROBIOLOGI
DI
SUSUN OLEH :
AMBAR
SARASWATI A.102.08.002
CITRA KARTIKA A.102.08.011
ELIS
DWI SAFITRI A.102.08.022
ERISE
PURNAMAWATI A.102.08.025
HERMAWAN
WICAKSONO A.102.08.031
INDRIANI
PUSPITA. P A.102.08.034
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
2013
PENDAHULUAN
Laboratorium
termasuk tempat kerja yang berpotensi menyebabkan kecelakaan seperti kebakaran,
ledakan, keracunan dan iritasi karena di dalam
laboratorium berisi berbagai alat dan bahan kimia yang sangat potensial
menimbulkan bahaya tersebut.. Hampir semua kecelakaan tersebut mempunyai
penyebab, apabila penyebab dapat diketahui atau diperkirakan, maka kecelakaan
dapat dicegah atau dikurangi.
Pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi
dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan dapat merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Sifat dari
para pekerja laboratorium yang suka meremehkan bahaya, lalai, bekerja dengan
tergesa-gesa, malas memakai alat pelindung diri atau tidak dapat memprediksi
akan adanya bahaya merupakan penyebab utama kecelakaan kerja.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Selain itu, telah
dijelaskan dalam pasal 86 UU No.13
tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama.
PEMBAHASAN
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Oleh
sebab itu perlu adanya tujuan-tujuan tertentu sebagai dasar penerapan kesehatan
dan keselamatan kerja antara lain:
- Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial.
- Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
- Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
- Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Keamanan
Laboratorium juga merupakan hal yang penting,
sebagai upaya keselamatan dalam melaksanakan
pemeriksaan di laboratorium, dengan
tujuan melindungi pekerja dan
orang sekitarnya dari resiko
terkena gangguan kesehatan
yang ditimbulkan laboratorium.
Dalam menciptakan keamanan kerja di dalam laboratorium maka diperlukan :
1. Rencanakan
percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Gunakan
perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas
3. laboratorium
untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
4. Dilarang
memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
5. Wanita/pria
yang berambut panjang harus diikat.
6. Dilarang
makan, minum dan merokok di laboratorium.
7. Jagalah
kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan dengan
lap basah.
8. Hindari
kontak langsung dengan bahan kimia.
9. Hindari
mengisap langsung uap bahan kimia.
10. Bila
kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
11. Pastikan
kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
12. Pastikan
kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan sesudah
praktikum selesai.
Laboratorium
Mikrobiologi adalah laboratorium yang kegiatannya berhubungan dengan
mikroorganisme. Khususnya mikroorganisme penyebab infeksi. Oleh sebab itu dalam
melaksanakan pekerja laboratorium perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1.
Melindungi petugas/ Praktikan
·
Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen
(mis : saat penanaman /pembakaran dengan sengkelit
·
Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor
·
Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang
sesuai
·
Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan,
jangan menyentuh mulut, hidung dan mata saat bekerja
·
Jangan makan/minum/merokok saat bekerja
·
Gunakan jas praktikum saat bekerja
·
Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala
sesuatu dengan hati-hati)
2.
Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci
alat/membuang sisa spesimen
3.
Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang
digunakan dan telah terkontaminasi dengan bakteri
4.
Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak
terkontaminasi
5.
Gunakan sarung tangan dengan tepat
Dalam penggunaaan alat-alat di laboratoriumpun juga
perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :
1.
Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet
·
Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan
sumbat kapas untuk mengurangi kontaminasi.
·
Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup
pipet
·
Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
·
Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada
tetesan spesimen yang jatuh di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus
untuk diautoclave
·
Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam
2.
Cara pembukaan wadah
Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan,
memiliki potensi terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau
kontaminasi pada kulit atau daerah kerja. Pembukaan wadah di tempat kerja
sering dilakukan, bila tidak hati-hati, bahan terinfeksi yang ada dalam wadah
dapat menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat kerja. Beberapa
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terinfeksi adalah
sebagai berikut :
·
Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi
dalam wadah tidak terpencar ke luar.
·
Gunakan jas lab. dan sarung tangan.
·
Hindari aerosol.
·
Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety
Cabinet.
3.
Penerimaan spesimen di Laboratorium
·
Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen.
Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat
dilakukan pada meja khusus dalam areal laboratorium.
·
Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat
untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
·
Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.
·
Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
·
Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
·
Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam
atau plastik yang dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.
·
Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap
hari.
·
Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi
berdiri.
4.
Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium
·
Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian
depan saat membawa spesimen.
·
Membawa spesimen di atas kaki
·
Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena
tumpahan/percikan dari spesimen.
·
Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi
baki dan sisa spesimen diautoklaf.
·
Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika
terluka saat bekerja.
5.
Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas
laboratrorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti Virus
hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.
a.
Mengambil, melabel dan membawa spesimen
·
Gunakan sarung tangan
·
Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.
·
Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya
dengan alat khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan jarum habis
pakai. Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hari-hati dan tutup
rapat mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya dibakar dalam
alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan
sempritnya diautoklaf dalam kantong yang terpisah.
·
Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label
BAHAYA INFEKSI.
·
Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke
laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah.
b.
Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
·
Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas
I dan Kelas II.
·
Gunakan sarung tangan
·
Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus
kain kasa.
c.
Kaca dan benda tajam
·
Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai
pengganti kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari
borosilikat.
·
Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain
untuk mengambil darah.
d.
Sediaan darah pada kaca objek
·
Pegang kaca objek dengan forsep
e.
Peralatan otomatis
·
Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)
·
Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan
dalam tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.
·
Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke
dalam alat disinfektan hanya pada keadaan tertentu.
f.
Melakukan sentrifus
·
Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup
·
Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup
g.
Jaringan
·
Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil,
seperti dari biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam waktu
kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan waktu beberapa
hari.
·
Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat
(cryotome) haru didekontaminasi.
6.
Kecelakaan di Laboratorium
Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri merupakan
resiko yang sering terjadi sebagai penyebab penularan utama pada petugas
pemeriksa laboratorium.
Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan dengan
urutan prioritas sebagai berikut :
a. Perlindungan
petugas pemeriksa
·
Batasi kontaminasi
·
Dekontaminasi pegawai
·
Dekontaminasi areal yang berhubungan
b. Dekontaminasi
kulit
detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus dilakukan dengan
tidak merusak kulit
c.
Dekontaminasi mata = dilakukan dengan perawatan air untuk
mencegah penyebaran kontaminasi dari satu area ke area lainnya.
d.
Dekontaminasi pakaian
pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya
dan diletakkan pada wadah tertentu. Harus dipindahkan dari lokasi tumpahan
sampai kontaminasi dapat termonitor.
e.
Dekontaminasi daerah kerja
Basahi semua daerah yang terkena tumpahan
termasuk wadah yang rusak dengan disinfektan. Diamkan 10 menit. Bersihkan
dengan tissue atau lap dengan menggunakan sarung tangan..
Dianjurkan disinfektan yang digunakan
adalah Hypochlorite. Bila terjadi kecelakaan diruang kerja laboratorium, batasi
orang yang masuk di daerah tersebut sampai dilakukan monitor terhadap
kontaminasi oleh petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus tersedia di
laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui oleh semua staf
laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai dengan petunjuk
lengkap tentang pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka bakar,
keracunan, shock/collapse serta terbaca oleh semua staff.
Setelah
semua hal yang mendukung terciptanya kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja
terpenuhi, maka hal terakhir yang diperlukan untuk menyempurnakan semua
kegiatan tersebut adalah mencuci tangan. Dengan cara yang sederhana ini dapat
menghindarkan pekerja dari resiko penularan penyakit infeksi. Cara yang benar
untuk mencuci tangan yaitu :
1. Basahi
tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
2. Gunakan
sabun di bagian telapak tangan yang telah basah
3. Digosok
telapak tangan ke telapak tangan, sehingga menghasikan busa secukupnya selama
15-20 detik
4. Bilas kembali dengan air bersih
5. Tutup kran dengan siku atau tissue
6. Keringkan
tangan dengan tissu / handuk kertas
7. Hindarkan
menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan.
ANALISIS KASUS
KASUS
Pada
suatu ketika di Rumah Sakit Negri di bilangan Jakarta Timur seorang analis
bernama Mr J dan Mrs G. Mr J adalah
seorang junior sedangkan Mrs G adalah seorang senior yang ditugaskan di Laboratorium
khusus Mycobacterium tuberculosae,
pada hari itu Mrs G seperti biasa mulai membuat preparat untuk pemeriksaan TBC
di dalam Safety cabinet dengan menggunakan handscoon triple, menggunakan masker
sebanyak 2-3 dan tidak lupa menggunakan jas Laboratorium guna melindungi dirinya dari infeksi bakteri
TBC, lain halnya dengan Mr J yang hanya menggunakan jas Laboratorium tidak
menggunakan handscoon serta masker. Ketika Mrs G bekerja tiba tiba ia
mengeluarkan wadah sampel sputum dengan keadaan terbuka dari safety cabinet dan
mengobrol dengan Mr J yang tanpa sadar keadaan tersebut sangat membahayakan
kondisi dari Mr J yang hanya menggunakan Jas Laboratorium.
Kesimpulan
:
Seharusnya setiap analis memiliki
pemahaman ilmu pengetahuan tentang K3, dan seharusnya Mr J ketika memasuki
ruangan Laboratorium dia sudah siap dengan APDnya dan sudah mengetahui dampak
serta resiko dari sampel yang akan diperiksanya.
Penggunaan
APD bukan hanya hiasan dan digunakan ketika sampel berada dalam ruang
khusus(safety cabinet) tapi APD digunakan untuk melindungi analis dari keadaan
keadaan yang tidak disengaja atau digunakan untuk mencegah terjadinya dampak
dari kecelakaan kecil yang terjadi di laboratorium khususnya laboratorium
Mikrobiologi.
KESIMPULAN
Dari penjelasan dan analisis kasus, dapat
disimpulkan bahwa kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja sangat perlu
diperhatikan dan diterapkan di dalam lingkungan kerja yang mana disini
lingkungan kerja yang dimaksud adalah laboratorium mikrobiologi. Laboratorium
ini merupakan laboratorium yang kegiatannya berhubungan langsung dengan
mikroorganisme baik pathogen maupun non pathogen.
Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan resiko terjadinya penyakit akibat kerja di dalam laboratorium
mikrobiologi adalah dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan
sanitasi lingkungan serta diri sendiri dengan mencuci tangan dan pengolahan
limbah yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Erna Tresnaningsih MOH, PhD,SpOK. Kesehatan dan Keselamatan kerja Laboratorium
Kesehatan. Pusat Kesehatan Kerja. Setjen Depkes RI
Suma'mur
.1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: Gunung
Agung
Suma'mur .1991. Higene
perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji Masagung
Silalahi, Bennett N.B. dan Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja.[s.l]: Pustaka Binaman Pressindo.
diakses pada 15/05/2013
11.51 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar